Inilah pengetahuan umum yang penerjemah perlukan untuk berada pada kondisi pikiran reseptif sebelum bisa menerima informasi baru. Kebanyakan penerjemah juga mengakui, memang sulit untuk melakukan suatu proses analisis yang paling sederhana sekalipun atau kegiatan proses lainnya dalam kondisi fisik atau mental tertentu-saat sedang cemas, terburu-buru, atau marah. Contohnya, penerjemah yang terpaksa duduk mendengarkan kuliah yang membosankan, seharusnya sudah jelas, mungkin sekali menjadi gusar, bahkan kurang reseptif terhadap kuliah bila dibandingkan dengan orang-orang lainnya. Calon penerjemah yang menikmati kuliah akan bersikap santai, memiliki kondisi psikologis yang reseptif, dan lebih terbuka dibandingkan yang lain-lain terhadap gagasan-gagasan baru yang disajikan dalam kuliah.
Yang tidak begitu jelas tampak adalah kondisi pikiran yang paling reseptif bukanlah kesadaran penuh seperti yang selalu diajarkan kepada kita, melainkan kondisi melamun yang santai dan tenang -kondisi yang dicap guru guru kita sebagai "tidak memperhatikan" atau "mimpi di siang hari bolong"- kondisi yang dinamakan kondisi "alfa". Banyak latihan dalam website ini yang memanfaatkan musik dan relaksasi untuk membantu mahasiswa memasuki kondisi psikologis reseptif tersebut.
Selanjutnya adalah pengalaman multi cara (multimodal experience). Seperti kita lihat dari referensi lain, kaidah menerjemah yang menyangkut kompleksitas jalur saraf juga berlaku untuk saluran-saluran yang dilewati informasi: informasi yang disampaikan lewat satu suara (seperti pada perkuliahan tradisional) diterima dan diolah secara kurang efektif dibandingkan informasi yang disampaikan lewat beberapa suara (seperti dalam diskusi, pengajaran-tim, atau materi rekaman); dan informasi yang disajikan lewat suara saja diterima dan diolah dengan jauh kurang efektif bila dibandingkan dengan informasi yang disajikan lewat suara, musik, materi visual, serta berbagai pengalaman gerak dan sentuhan.
Kondisi pikiran bagi seorang penerjemah harus terjaga sebaik mungkin, karena ia akan merasa kesulitan ketika kondisi pikiran sedang tidak baik, maka hasil terjemahannya sudah hampir bisa dipastikan tidak akan baik juga. Salah satu cara untuk me-refresh otak mereka adalah dengan cara healing, rekreasi, dan melupakan semua urusan atau masalah yang membebani pikiran penerjemah.