Pembelajaran Menerjemah (Translations Learning)

Sudah menjadi anggapan umum selama berabad abad bahwa pembelajaran (learning) berarti menyajikan fakta-fakta dan menggunakannya dalam ingatan seseorang. Suatu pihak yang berwenang, biasanya pengajar, memberitahukan fakta-fakta kepada pembelajar. Pembelajar menerima dan "menyimpan" fakta-fakta itu di dalam memori untuk diingat lagi suatu saat nanti. Anggapan ini masih banyak sekali bertahan di masa sekarang, tentu saja, seperti terlihat pada ruang-ruang kelas tempat guru memberikan pelajaran secara lisan dan murid mendengarkan agar mampu menyimpan fakta-fakta itu di dalam memori untuk menghadapi ujian akhir. Pendidik dari Brazil, Paulo Freire (1970), menyebut pendekatan terhadap pendidikan ini sebagai "metode perbankan" dengan mengasumsikan otak pembelajar ibarat rekening bank yang dimasuki "deposito" fakta oleh pengajar. Bahkan pembelajaran menerjemah hanyalah menelan informasi belaka secara pasif.

Pedagogi ini sudah diragukan selama pedagogi-pedagogi sudah didiskusikan lebih dari dua ribu tahun-oleh orang-orang yang berpendapat bahwa pembelajaran yang paling baik bukan dengan mendengarkan secara pasif dan mengingat apa yang didengarnya, tetapi dengan melakukan dan berpartisipasi aktif dalam suatu proses. Inilah pedagogi "aktif" yang ada di balik seminar-seminar penerjemahan praktis yang mempersiapkan banyak program pelatihan penerjemah: jika Anda belajar menerjemah paling baik dengan menerjemahkan, maka cara terbaik untuk mengajarkan penjumlahan kepada mahasiswa adalah berikan teks dan suruhlah mereka menerjemahkannya ke dalam

bahasa lain.

Dua pendekatan, yaitu belajar dengan mendengarkan (learning by listening) dan belajar dengan melakukan (learning by doing), kerap dianggap sebagai dua kutub saling berlawanan yang melingkupi bidang ini. Anda memberikan kuliah dan mengharapkan mahasiswa-mahasiswa Anda mencatat dan lulus ujian "objektif" tentang materi yang diberikan di kelas, atau Anda menyiapkan tugas praktik dan memberi mereka umpan balik tentang betapa mereka telah menyelesaikan tugas dengan baik. Kedua cara tadi mengasumsikan bahwa kegiatan menyelesaikan tugas akan mengajarkan kepada mereka sekurang-kurangnya sebanyak umpan balik tersebut.

Kedua pendekatan ini juga mendapat cap "baik" dan "tidak baik", tergantung pada filosofi pedagogis seseorang, pemberian kuliah (lecturing) adalah "baik" (karena merupakan cara yang paling efektif untuk mengantarkan sejumlah besar materi bagi sejumlah mahasiswa yang cukup banyak dalam periode waktu yang singkat) dan seminar praktis itu "tidak baik" (karena tidak efisien-menghabiskan banyak waktu dan menuntut rasio mahasiswa-dosen yang sangat rendah dan pemberian penilaian secara objektif yaitu dengan memberikan angka sulit dilakukan bila didasarkan pada "pengalaman" praktis mahasiswa) atau seminar praktis itu "baik" (karena manusia belajar dengan melakukan) dan pemberian kuliah itu tidak baik" karena mendengarkan secara pasif dan hafalan di luar kepala merupakan cara yang paling tidak efektif untuk menyimpan informasi di dalam memori).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *