Mahasiswa Kuliah Jurusan Menerjemah

Ada pula suatu kebenaran mengenai hal ini. Minat pada mata kuliah jurusan menerjemah mungkin saja terhalang, tetapi ada beberapa realitas ilmiah yang keras di balik ketertarikan mahasiswa pada kuliah menerjemah yang menarik dan penuh semangat (dan meningkatnya kemampuan untuk belajar darinya) dengan penolakan langsung pada kuliah yang monoton dan membosankan:

1. Modulasi suara, bahasa, dan sikap tubuh dan semua peraga penerjemahan. Otak dirancang untuk memberikan perhatian khusus pada perubahan. Bila segala sesuatu tidak mengalami perubahan atau perubahan itu sedikit sekali, otak berada pada kondisi yang tidak terlalu fokus dan acuh tak acuh. Inilah sebabnya kita lebih menaruh perhatian pada benda-benda yang bergerak daripada dekor yang tidak berubah; jari-jemari kita terus-menerus mencari luka, bagian yang terbakar sinar matahari, atau perubahan lain pada kulit kita, dan lidah kita berulang-ulang meraba lubang tempat gigi yang baru saja dicabut. Inilah sebabnya nyanyian nina bobo selalu menidurkan anak-anak (dan terkadang orang tua nya): pola nada melodinya tidak berubah secara tiba tiba, warna nada atau volumenya secara psikologis membuat mengantuk. Begitu juga dengan seorang pembicara yang tidak mengubah volume, pola titi nada, atau irama bicaranya, dan mimik wajah yang tanpa ekspresi, akan membuat pendengarnya ketiduran. Rasa kantuk ini bisa saja dilawan, tetapi susah sekali karena sudah merupakan fungsi psikologis yang terpasang dalam otak manusia.

2. Antusias, semangat, dan komitmen pribadi terhadap materi penerjemahan. Secara psikologis, emosi mudah menular karena kemampuan sistem otak dalam menentukan pikiran dan tindak tanduk kita. "Penularan" ini amat sulit dilawan: bila ada a orang yang sedang menangis atau tertawa, perlu banyak sekali energi emosional agar tidak melakukan hal yang sama (lihat Robinson 1991: 5 dst.). Pengiriman kilat keadaan emosi dari tubuh seseorang ke tubuh orang lain menjelaskan bagaimana sikap, prasangka, larangan, ketakutan, dan sebagainya diturunkan dari generasi ke generasi: anak belajar dari orang tuanya, acapkali tanpa media kata-kata. Ini menjelaskan bagaimana sikap keseluruhan sekelompok orang dapat berubah nyaris seketika. Ini menjelaskan pula mengapa seorang pembicara yang bersemangat membuat para pendengarnya juga merasa bersemangat, dan mengapa orang yang berbicara tanpa emosi cepat sekali membuat bosan mendengarnya.

3. Teladan, ilustrasi, dan cerita. Aturan neurologisnya sebagai pribadi calon penerjemah: semakin kompleks jalur saraf, semakin efektif fungsi otak. Rentetan letupan di antara simpul-simpul saraf yang hanya bergerak melalui tiga atau empat area di dalam otak akan selalu kurang menarik perhatian, semangat, gagasan dan perkembangan pembelajar dibandingkan rentetan letupan simpul saraf yang bergerak melalui beberapa ratus atau bahkan beberapa ribu area. Inilah yang menjadi masalah dalam pengajaran (dan penulisan) yang sangat terikat pada suatu metode tunggal, misalnya deretan kaidah-kaidah umum.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *