Alternative Kuliah Penerjemah

Kondisi batin Peserta Kuliah Penerjemah

Kondisi batin merupakan dampak dari bagian-bagian lainnya-pembahasan tentang membuat kerja kelompok penerjemah yang bervariasi, kolaboratif, mencapai hasil akhir terbuka, dan relevan dalam rangka membantu calon penerjemah memasuki kondisi batin reseptif -namun, penting untuk diingat bahwa hal-hal ini pun tidak selalu berhasil.

Kuliah Penerjemah Asik dan Tidak Membosankan

Sebuah latihan yang sudah berkali-kali berhasil diterapkan pada banyak kelompok, ternyata tidak membangkitkan minat pada sebuah kelas yang sudah dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Mereka duduk di dalam kelas sambil memandangi buku mereka, membuat gambar-gambar tak jelas di atas kertas sambil melamun, mengobrol dengan teman sebelahnya, memutar-mutar bola mata, dan Anda bertanya-tanya apa yang sudah terjadi. Tidak apa, hentikan saja latihan itu dan cobalah sesuatu yang baru. Tidak perlu berusaha menegakkan benang basah. Ada banyak kondisi batin reseptif: santai, gembira, bersemangat, asyik, riang, penuh canda-tawa, penuh perhatian, tekun, giat, menghayal. Ada pula kondisi batin non reseptif lainnya: bosan, bingung, marah, menjaga jarak, kesal, lupa.

Penerjemah Pengajar yang Humble

Penerjemah pengajar yang baik belajar mengenali kapan calon penerjemah belajar dan kapan mereka hanya sekedar duduk di kursi, dengan jalan tetap peka pada kondisi emosi anak-anak didiknya.Pengalaman multi cara (multimodal experience). Ruang kuliah universitas sering diasumsikan hanya untuk mendiskusikan masalah-masalah penting secara intelektual, yaitu hanya untuk berbicara dan menulis.

Metode Experimen Kuliah Penerjemah

Menggambar, menyanyi, berakting, menari, berpantomim, dan bentuk ekspresi manusia lainnya hanya untuk kelas-kelas di bawah perguruan tinggi (dan beberapa jurusan pilihan di kampus, seperti seni, teater, atau musik). Misalnya, banyak penerjemah pengajar merasa enggan menggunakan latihan-latihan dalam buku ini karena kelihatannya tidak pantas untuk perkuliahan di perguruan tinggi. Tetapi kebutuhan psikologis otak akan pengalaman multichara tidak lenyap setelah masa kanak kanak berlalu. Kebutuhan itu terus berlangsung sepanjang hidup kita. Penelitian-penelitian yang dilakukan pada daya ingat calon penerjemah terhadap materi yang disajikan di ruang kuliah menunjukkan bahwa semakin banyak indera yang dipergunakan dalam mengolah materi tersebut, semakin baik pula ingatan calon penerjemah akan materi itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *